Minggu, Agustus 09, 2009

Taman Ayodya Mulai Dipenuhi PSK

JAKARTA, MP - Belum setahun beroperasi, Taman Ayodya, Jakarta Selatan mulai ramai pengunjung karena memiliki fasilitas lengkap. Sayangnya, keindahan dan kenyamanan pengunjung taman mulai terusik dengan keberadaan pekerja seks komersial (PSK) di taman kebanggaan warga Jakarta Selatan tersebut. Disinyalir, PSK tersebut pindahan dari kawasan Jl Mahakam yang pamornya mulai turun.

Kepala Seksi Resosialisasi Tuna Susila Sudin Sosial Jakarta Selatan, Ronny Cahyana, mengungkapkan, lokasi Jl Mahakam yang cukup dekat dengan Taman Ayodya membuat sejumlah PSK yang sejak lama mangkal di kawasan itu, melirik Taman Ayodya sebagai lokasi mangkal baru untuk menjerat lelaki hidung belang.

“Untuk mengelabui petugas mereka membaur dengan pengunjung lain. Agar bisa kabur dari kejaran petugas saat diadakan operasi mereka juga menyewa anjelo (antar jemput lonte-red) yang bertugas mengawasi keadaan dari kejauhan,” ujarnya, Minggu (9/8). Rony menambahkan, selain di Jl Mahakam dan Taman Ayodya, beberapa daerah lain yang dijadikan tempat mangkal PSK adalah Jl Falatehan dan paling banyak berada di seputaran kawasan Blok M.

Sementara, untuk Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) jenis joki 3 in 1, paling banyak terdapat di sekitar Jl Sisingamangaraja, Jl Panglima Polim, Jl Senopati, dan Jl Mampang Raya. Sedangkan untuk jenis gelandangan dan pengemis (gepeng), keberadaannya hampir merata di setiap lampu merah yang ada di Jakarta Selatan.

Namun, dari sejumlah lampu merah yang ada, terbanyak berada di kawasan Lebakbulus, lampu merah Fatmawati, dan lampu merah Cilandak. “Setiap hari razia kita lakukan, dan menjelang bulan puasa razia semakin kita intensifkan dengan melibatkan Satpol PP. Bahkan, sejak bulan Januari hingga Agustus ini kita telah berhasil menjaring 922 PMKS dari jenis gepeng, joki 3 in 1, dan PSK,” katanya.

Razia Tak Perlu


Kasudin Sosial Jakarta Selatan, Effendi M Guntur, mengungkapkan, razia yang dilakukan petugas untuk menjaring pengemis sebaiknya sudah tidak perlu dilakukan apabila semua pengguna jalan mau beramal secara proporsional.

"Kan banyak lembaga-lembaga sosial seperti Bazis dan MUI yang bisa menyalurkan infak jika masyarakat mau beramal. Dengan beramal di tempat yang tepat, kita juga bisa mengawasi penggunaan dananya karena lembaga semacam itu memiliki kredibilitas tinggi dan diperiksa auditor independen,” jelasnya.

Masyarakat tak perlu merasa malu karena kecilnya uang yang akan disumbangkan. Karena sekecil apa pun bantuan yang akan diberikan, lembaga itu siap menghimpun dan menyalurkannya kembali kepada mereka yang berhak. “Jangan malu meskipun yang kita berikan jumlahnya kecil. Di tempat-tempat ibadah pun bisa kita salurkan. Memberi uang di jalan hanya membuat macet dan berpotensi menimbulkan kecelakaan,” tandasnya. (red/*bj)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails