Selasa, Maret 29, 2011

Jakarta Diprediksi Krisis Air Minum

JAKARTA, M86 - Untuk menyediakan kebutuhan air minum hingga tahun 2020 di Jakarta serta mengantisipasi penurunan mukan tanah yang diprediksi mencapai lima meter pada tahun 2050 mendatang, Pemprov DKI Jakarta berencana menambah pasokan air bersih bagi warganya dengan membangun tiga pengolahan air bersih di dalam kota dengan teknik ultrafiltration yang akan menghasilkan air bersih sebanyak 4.500 meter per detik.

Untuk itu, rencananya pengadaan tiga pengolahan air bersih ini akan dilelang pada Juli atau Agustus tahun ini. Sehingga diharapkan pada akhir tahun ini juga, ketiga pengolahan air bersih itu dapat difungsikan.

Dirut Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jaya, Mauritz Napitupulu mengatakan, dalam beberapa tahun ke depan, diprediksi kota Jakarta akan kekurangan air minum karena kurangnya pasokan air baku untuk diolah menjadi air bersih.

Bahkan, menurut BPLHD Provinsi DKI Jakarta, kualitas air sungai di Jakarta kondisinya tidak layak untuk dijadikan air minum. “Untuk memproses air minum dari air sungai secara konvensional. membutuhkan biaya yang sangat mahal. Untuk itu, saat ini kami sedang memikirkan cara yang paling tepat untuk menambah air baku yang diolah menjadi air bersih agar layak dikonsumsi,” ujar Mauritz, Selasa (29/3).

Lebih jauh diungkapkan Mauritz, sebenarnya Pemprov DKI Jakarta memiliki rencana meningkatkan jumlah pasokan air bersih ke kota Jakarta dalam kapasitas besar. Yakni, dengan membangun pabrik air di Waduk Jatiluhur, Purwakarta.

Nantinya, air baku di Waduk Jatiluhur akan terlebih dahulu diolah menjadi air bersih, kemudian dialirkan ke Jakarta melalui pipanisasi sehingga air bersih itu tidak tercemar dan siap disitribusikan kepada warga yang membutuhkan melalui operator PDAM. “Rencana ini baru akan dilakukan pada tahun 2013 dengan menggandeng Kementerian Pekerjaan Umum (PU). Saat ini Kementerian (PU) masih mengkaji kelayakan serta pembiayaannya,” ungkapnya.

Namun, karena kebutuhan akan air bersih di Jakarta sudah sangat mendesak, Pemprov DKI Jakarta pun menyiapkan langkah lainnya untuk mengatasi kekurangan pasokan air bersih dengan cara alternatif membangun sistem pengolahan air bersih menggunakan teknologi ultrafiltrasi. Teknologi ultrafiltrasi merupakan teknologi penyaringan air kotor melalui membran semipermeabel dengan tekanan hidrostatik. Sehingga kotoran padat dan larutan yang berat molekulernya tinggi bisa tersaring dan hasil akhirnya adalah air bersih yang dapat dimanfaatkan warga Jakarta.

Menurutnya, sistem ultrafiltrasi ini harus mulai dilakukan di Pejompongan, Jakarta Pusat. Selain itu, sistem ultrafiltrasi ini juga dapat dilakukan di Kanal Banjir Barat (KBB), Cengkareng Drain, Kali Krukut, dan Kali Pesanggrahan. Dengan teknologi ini, PDAM Jaya bisa mengolah permukaan sungai menjadi air bersih.

Untuk investasi pembangunan tiga pengolahan ultrafiltrasi itu, lanjutnya, akan dilakukan oleh pihak ketiga atau swasta melalui lelang. Diperkirakan pada Juli atau Agustus mendatang, proses lelang untuk pengolahan air ultrafiltrasi ini bisa dilakukan. Diharapkan, pada tahun ini juga pelaksanaannya bisa dimulai sehingga bisa menambah kapasitas air baku.

Sedangkan dari PDAM dan operator bisa mulai menambah jaringan pipa air baku ini untuk mengalirkan air hasil ultrafiltrasi ke para pelanggan lama atau baru. Paling tidak, area pelayanan air bersih dari dua operator yang baru mencapai 62 persen dapat bertambah sehingga ketahanan air di Jakarta bisa diwujudkan.

Sebelumnyam Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo mengatakan pihaknya masih menyiapkan beberapa pilihan untuk pasokan air yang cukup di Jakarta. Ia mengatakan purifikasi atau pemurniaan air di waduk Jatiluhur tetap dilakukan. “Filtrasi yang disarankan PDAM mengenai ultrafiltrasi yang katanya bisa lebih cepat mengolah air kotor menjadi bersih sudah saya beri lampu hijau,” katanya. (nez)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails