
Kepala Suku Dinas Perternakan dan Perikanan Jakarta Selatan, Chaidir Taufik mengatakan, pembangunan RPA di Jakarta Selatan merupakan tindak lanjut dari temuan LSM CIVAS yang menyebutkan 50 persen pasar unggas di DKI Jakarta telah terkena virus flu burung.
“Dengan adanya RPA ini, warga Jakarta tidak perlu khawatir membeli hewan unggas yang ada di pasaran, baik di pasar tradisional maupun pasar modern. Karena RPA itu, telah terjamin kesehatannya,” ujar Chaidir yang ditemui di kantor walikota Jakarta Selatan, Kamis (11/2).
Dikatakannya, saat ini ada tiga lokasi bangunan yang telah selesai dibangun di RPA Petukanganutara tersebut . Ke depan, pihaknya juga akan membuat 4 unit lokasi atau 16 jalur pemotongan hewan unggas. “Nantinya, RPA ini juga bisa memotong 32 ribu ekor unggas per hari dan diharapkan bisa memenuhi kebutuhan warga Jaksel,” ujarnya.
Dalam pembangunan RPA di PetukanganUtara, kata Chaidir, pihaknya sempat menemui berbagai kendala. Salah satunya, adalah upaya meyakinkan masyarakat Pertukanganutara agar tidak perlu cemas jika RPA direlokasi ke wilayah tersebut.
“Kita mengharapkan masyarakat tidak khawatir. Ayam yang akan masuk ke wilayah tersebut akan disemprot desinfektan. Selain itu, truk yang membawa akan dicuci dulu sebelum keluar dari RPA hingga semuanya higienis,” katanya.
Dia berharap, pembangunan RPA diharapkan bisa menggeser peran RPA skala kecil yang tak mau direlokasi. Itu pun, dengan catatan pemerintah hanya akan memperbolehkan menjual unggas dalam bentuk karkas atau unggas yang sudah bersih dan tidak ada bulu dan jeroan. “Untuk RPA skala besar, bila tidak mau direlokasi akan ada sanksi tegas. Semua pelanggaran pasti ada sanksi hukumnya,” ungkapnya.
Pihaknya mencatat, di wilayah Jakarta Selatan RPA liar tersebar di wilayah Kebayoranlama, Kebayoranbaru, Pasarminggu, dan Jagakarsa. Tempat-tempat pemotongan ini akan direlokasi sesuai dengan Perda Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pengendalian Pemeliharaan dan Peredaran Unggas. (red/*bj)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar