JAKARTA, MP - Melonjaknya harga cabai hingga pada kisaran harga Rp 40 ribu per kilogram, membuat sejumlah pedagang di Pasar Kebayoranlama, Jakarta Selatan melakukan praktik curang dengan mengoplos cabai kualitas bagus dengan yang sudah layu, bahkan cenderung busuk. Upaya mengelabui konsumen ini ternyata cukup jitu, karena sejumlah pedagang bisa menangguk untung berlipat tanpa mengalami risiko barang tidak habis terjual.
Siti (35) misalnya, pedagang sayuran di Pasar Kebayoranlama mengaku mencampur cabai yang masih segar dengan yang sudah layu. Sehingga dirinya mendapat keuntungan lebih dari cara berdagang seperti itu. "Naiknya tinggi sekali, jadi saya terpaksa mencampur dengan cabai yang layu, biar tambah banyak," katanya.
Hal senada diakui Suparna (31) pedagang lainnya. Untuk mendapatkan keuntungan lebih besar, cabai yang sudah layu tidak dibuang, melainkan dicampur dengan cabai yang masih bagus. "Harganya kan mahal, jadi kalau dibuang sayang. Jadi dicampur saja biar keuntungannya juga tambah banyak," ujarnya.
Kenaikan harga sayur mayur yang terlihat signifikan memang terjadi pada komoditas cabai. Sebelumnya harga cabai rawit merah Rp 26 ribu menjadi Rp 40 ribu per kilogram. Untuk cabai rawit hijau dari harga Rp 23 ribu menjadi Rp 26 ribu per kilogram. Sedangkan untuk cabai merah keriting dari harga Rp 30 ribu menjadi Rp 40 ribu. Kenaikan harga ini, juga mengakibatkan daya beli masyarakat menurun dan tidak lagi membeli dalam jumlah banyak, melainkan secara eceran. Tasya (35) warga Kebayoranlama, mengaku mengurangi pembeliannya. "Biasanya beli satu kilo, tapi karena mahal jadi cuma beli setengahnya saja," jelasnya.
Kepala Bagian Perekonomian Jakarta Selatan, James Marpaung, mengatakan seharusnya pedagang tidak boleh mengabaikan faktor kesehatan dengan mencampur cabai segar dengan yang sudah layu. Untuk itu, pihaknya akan berkoordinasi dengan berbagai pihak guna melindungi masyarakat. "Perbuatan itu membahayakan bagi kesehatan masyarakat. Kita akan berkoordinasi dengan camat dan lurah setempat untuk memantaunya. Selain itu, kita juga koordinasi dengan Sudin KUMKMP dan PD Pasar Jaya," terangnya.
Ia memperkirakan kenaikan harga sayur tersebut karena beberapa faktor. Salah satunya stok yang tidak terpenuhi karena tersendatnya pasokan, serta gagal panen yang dialami oleh petani. "Tapi kita belum tahu pasti penyebab kenaikan harga tersebut," tandasnya. (red/*bjc)
Kamis, Juli 15, 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar